Faktor D Merupakan Inti Sifat Jahat Manusia

Dari sembilan kategori sisi gelap sifat manusia atau “kepribadian kelam” antar lain seperti egoisme, dengki, narsisisme, psikopati dan sebagainya, ternyata ada satu karakter inti yang mendasari kecenderungan orang berbuat jahat.

Faktor D Merupakan Inti Sifat Jahat Manusia

Begitulah temuan peneliti yang diterbitkan dalam Psychological Review. Hasil penelitian menunjukkan semua sifat jahat manusia saling terkait dan mengakar pada satu elemen yang disebut sebagai “faktor inti gelap” atau dijuluki faktor D.

Dalam praktiknya, jika seseorang punya satu kepribadian kelam atau sering menampilkan satu saja kecenderungan jahat dalam dirinya, maka ia berkemungkinan besar mengembangkan sifat jahat lain.

"Prinsip yang mendasari ciri-ciri kepribadian kelam adalah faktor D, dan berikutnya, faktor D menjadi inti dari kepribadian yang jahat," kata psikolog Ingo Zettler dari University of Copenhagen di Denmark selaku penulis utama studi kepada Newsweek.

Meskipun tiap sisi kelam punya ciri yang berbeda, peneliti menyimpulkan motivasi inti dari semua sifat jahat manusia adalah sama, egoisme berlebihan.

Ini sesuai dengan pernyataan peneliti terkait definisi faktor D, yakni “kecenderungan untuk memaksimalkan kebutuhan sendiri dengan mengorbankan orang lain, disertai dengan keyakinan yang berfungsi sebagai pembenaran.”

Zettler berujar, pemahaman soal faktor D bisa berguna untuk memprediksi apakah seseorang punya kemungkinan melakukan hal jahat, mengulang kejahatan, atau terlibat dalam perilaku yang lebih berbahaya.

Di masa depan, peneliti juga mengatakan hasil studi bisa mengarah pada banyak penemuan baru dalam psikologi dan terapi sekaligus membuka wawasan kita soal interpretasi tindakan jahat.

Selama ini, untuk mengungkap motif di balik suatu perbuatan jahat seperti perilaku tidak etis, diragukan secara moral, dan dipertanyakan secara sosial. para ahli mengacu pada sejumlah karakteristik negatif yang disebut kepribadian kelam.

Tak hanya di ranah psikologi, pemahaman sisi gelap manusia ini juga populer dalam kriminologi dan perilaku ekonomi.

Namun, sekadar memahami masing-masing kepribadian kelam ternyata tak cukup menjawab kenapa seseorang bisa mengembangkan perilaku lebih jahat, bahkan sampai bertindak membahayakan nyawa.

Walaupun kalangan psikolog telah menyadari adanya kaitan antar tiap kepribadian kelam, satu benang merah yang menghubungkannya belum pernah diidentifikasi.

Atas landasan itulah, Zettler dan rekan-rekannya dari Jerman menghelat studi baru berupa rangkaian empat penelitian terpisah yang melibatkan lebih dari 2.500 peserta untuk mencari tahu akar penyebab dari sifat-sifat jahat manusia.

Mereka meneliti sifat jahat dari sembilan ciri kepribadian kelam yang paling sering terlihat.

Di antaranya, menukil Forbes, mencakup dark triad atau tiga kecenderungan paling jahat dari sifat manusia, yakni psikopati (kurangnya empati dan pengendalian diri; impulsivitas), narsisisme (mencintai diri berlebihan, superioritas, dan mencari perhatian ekstrem), serta machiavellianisme (sikap dan keyakinan manipulatif, tidak berperasaan yang berujung menghalalkan cara).

Sementara enam lainnya adalah egoisme, dengki, pelepasan moral (berperilaku tidak etis tanpa merasa bersalah), psychological entitlement (merasa paling berhak atau lebih unggul), sadisme (hasrat mencederai mental atau fisik orang lain demi kepuasan atau keuntungan pribadi), ketertarikan diri (terkait keinginan terhadap status sosial atau keuangan orang lain).

Science Alert menulis, kerangka teori faktor D terinspirasi oleh faktor G, atau "faktor kecerdasan umum," yang diusulkan oleh psikolog Inggris Charles Spearman pada awal abad ke-20, ketika mengamati bahwa orang-orang yang berkinerja baik pada satu jenis tes kognitif lebih mungkin untuk mendapatkan nilai yang baik juga pada jenis tes kecerdasan lain.

Dengan kata lain, ujar Zettler, mirip dengan kecerdasan, aspek jahat dari kepribadian manusia juga bisa diukur karena berasal dari perilaku disposisi yang sama.

“Sebagai contoh, pada orang tertentu, faktor D sebagian besar dapat memanifestasikan dirinya sebagai narsisisme, psikopati atau salah satu ciri gelap lainnya, atau kombinasi dari ini,” kata Zettler dikutip EurekAlert.

Selain itu, faktor D juga ditemukan berhubungan langsung dengan dominasi, impulsivitas, dan agresivitas, serta berkaitan negatif terhadap keadilan, ketulusan, dan kesopanan.

"Kami melihatnya dalam kasus-kasus kekerasan ekstrem, atau melanggar aturan, berbohong, dan penipuan di sektor perusahaan atau publik," ujar Zettler.

Kendati demikian Scientific American mencatat, memprediksi orang-orang yang berkecenderungan tinggi memiliki faktor D bisa sangat sulit. Meskipun abai pada kepentingan orang lain dan memberi dampak negatif—termasuk membenarkan perbuatan salah sehingga sulit merasa bersalah, mereka bisa sangat strategis dalam memilih kapan bekerja sama.

Akan tetapi ada prediksi kunci bahwa mereka tidak akan termotivasi untuk membantu orang lain yang membutuhkan tanpa mendapatkan manfaat untuk dirinya sendiri. Mereka pun tidak merasa senang atas keberhasilan orang lain.

Kabar baiknya, tim peneliti telah menyediakan portal daring guna mengukur seberapa besar faktor D yang dimiliki seseorang melalui kuesioner. Tak perlu khawatir jika Anda mungkin menyembunyikan sisi gelap.

Sebabnya, kata Zettler, penelitian terhadap faktor D masih dalam tahap awal. Kini timnya sedang menyelidiki pengembangan faktor D secara berkala, serta bagaimana hal itu dapat memengaruhi pekerjaan dan kehidupan pribadi Anda.

:)
:(
hihi
:-)
:D
=D
:-d
;(
;-(
@-)
:P
:o
:>)
(o)
:p
(p)
:-s
(m)
8-)
:-t
:-b
b-(
:-#
=p~
x-)
(k)