Polusi Udara Dapat Meningkatkan Risiko Diabetes

Polusi udara telah ditemukan berkaitan dengan berbagai gangguan kesehatan, kulit hingga siklus menstruasi. Kini para ilmuwan di Washington University School of Medicine melaporkan bahwa polusi udara luar secara langsung berhubungan dengan peningkatan risiko diabetes.

Polusi Udara Dapat Meningkatkan Risiko Diabetes

Korelasi yang ditemukan peneliti begitu kuat, bahkan di daerah yang tingkat polusinya tergolong masih aman. Demikian tertulis dalam rilis para peneliti.

Diabetes telah memengaruhi lebih dari 420 juta orang di seluruh dunia. Indonesia adalah negara ke-7 yang memiliki pasien diabetes terbanyak di dunia.

Estimasi jumlah penderita diabetes mellitus pada usia dewasa di Indonesia cenderung naik dari 866 ribu orang tahun 1980 menjadi 5,5 juta orang pada tahun 2014, pada penderita laki-laki. Tidak jauh berbeda, penderita diabetes perempuan juga mengalami tren meningkat dari 1,2 juta tahun 1980 naik menjadi 6,2 juta pada tahun 2014.

Pola makan tidak sehat, obesitas, dan gaya hidup yang tidak aktif adalah risiko utama diabetes. Studi baru kini mengidentifikasi polusi udara luar sebagai faktor lain yang berkontribusi terhadap munculnya diabetes.

Polusi diyakini dapat mengurangi produksi insulin dan memicu peradangan. Akibatnya tubuh mengalami kesulitan mengubah glukosa darah menjadi energi yang dibutuhkan tubuh.

"Penelitian kami menunjukkan hubungan yang signifikan antara polusi udara dan diabetes secara global," kata penulis senior penelitian Dr. Ziyad Al-Aly. Peningkatan risiko ini, bahkan terjadi pada tingkat rendah polusi udara yang saat ini dianggap aman oleh Badan Perlindungan Lingkungan AS (EPA) dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

"Ini penting karena banyak kelompok pelobi industri berpendapat bahwa aturan tingkat polusi saat ini terlalu ketat dan perlu kelonggaran. Bukti menunjukkan bahwa level saat ini masih belum cukup aman dan perlu diperketat,” jelas Dr. Al-Aly.

Polusi Udara Dapat Meningkatkan Risiko Diabetes

Studi ini adalah yang pertama mencoba mengkuantifikasi hubungan antara polusi udara dan diabetes. Selama dua dekade terakhir, ada banyak penelitian tentang diabetes dan polusi. “Kami ingin menyatukan potongan-potongan untuk pemahaman yang lebih luas dan lebih kuat," kata Dr. Al-Aly.

Tim ini berkolaborasi dengan para ilmuwan di Veterans Affairs’ Clinical Epidemiology Center untuk menganalisis hubungan antara materi partikulat dan risiko diabetes. Mereka memeriksa data dari 1,7 juta veteran AS yang tidak memiliki riwayat diabetes dan mengamatinya selama rata-rata 8,5 tahun.

Para peneliti membandingkan informasi medis pada pasien dengan data dari sistem pemantauan udara darat berbasis EPA serta data satelit dari NASA.

Mereka juga meninjau semua penelitian yang menghubungkan diabetes dan polusi udara luar ruangan, dan mengembangkan model yang dapat digunakan untuk mengukur risiko diabetes di berbagai tingkat polusi.

Selanjutnya, dengan menganalisis data dari studi Global Burden of Disease, para peneliti dapat memperkirakan kasus diabetes tahunan dan tahun-tahun kehidupan sehat yang hilang karena polusi.

Menurut analisis penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Lancet Planetary Health ini, polusi berkontribusi pada 3,2 juta kasus diabetes baru pada tahun 2016.

Angka ini sekitar 14 persen dari semua kasus diabetes baru yang didokumentasikan di seluruh dunia. Pada 2016, total 8,2 juta tahun hidup sehat hilang karena diabetes yang terkait polusi.

Di Amerika Serikat, 150.000 kasus baru diabetes dikaitkan dengan polusi udara setiap tahun, dan 350.000 tahun hidup sehat ditemukan hilang per tahun.

Temuan penelitian menunjukkan bahwa tingkat pencemaran yang lebih rendah dapat menyebabkan penurunan yang signifikan dalam jumlah kasus diabetes di seluruh dunia. Termasuk negara-negara dengan tingkat polusi tertinggi seperti India dan negara-negara dengan sedikit polusi seperti Amerika Serikat.

Jika 10 atau 15 tahun lalu, para ilmuwan membuktikan bahwa polusi udara menyebabkan pneumonia, asma dan bronkitis, kini faktanya lebih dari itu.

Dr. Philip Landrigan, dekan untuk kesehatan global di Icahn School of Medicine, Mount Sinai New York, yang tidak terlibat dalam penelitian mengatakan pada CNN.com, "Kami sekarang tahu bahwa polusi udara adalah penyebab penyakit jantung dan strok dan berkontribusi terhadap penyakit paru-paru kronis, kanker paru-paru dan penyakit ginjal kronis."

Lanjut Dr. Landrigan, "Ini adalah laporan yang sangat baik, sangat dapat dipercaya, dan sangat cocok dengan fakta baru tentang dampak polusi udara pada serangkaian penyakit kronis."