Sara Manitoski, remaja berusia 16 tahun, meninggal dunia dalam perjalanan kegiatan dari sekolah ke Pulau Hornby, dekat Vancouver, Kanada. Setelah hampir setahun dilakukan pemeriksaan terhadap mayat Sara, akhirnya terungkap bahwa penyebab kematiannya adalah toxic shock syndrome (TSS).
Penyebab TSS adalah bakteri saphylococcus aureus yang ditemukan pada tubuh perempuan dan berhubungan dengan penggunaan tampon, alat kontrasepsi spons, dan metode kontrasepsi dengan diafragma.
Pada kondisi TSS, terdapat bakteri saphylococcus aureus yang berlebihan. Kemudian, tubuh merespon dengan penurunan tekanan darah yang tajam yang merampas organ-organ oksigen dan dapat menyebabkan kematian.
Ada pun bakteri penyebab TSS lain, yaitu streptococcus pyogenes yang masuk ke dalam tubuh melalui kulit yang terluka karena operasi atau luka ringan seperti tergores, gesekan, bisul, dan cacar air.
TSS berhubungan dengan faktor pengunaan tampon selama siklus menstruasi. Namun, sebenarnya tingkat TSS pada perempuan menstruasi telah turun drastis akibat banyak produsen tampon menarik produknya dari pasaran.
Memang perempuan menstruasi lebih berisiko, tetapi sindrom ini pun bisa terjadi pada siapa saja, termasuk anak-anak dan laki-laki. Risiko juga dapat meningkat pada orang yang memiliki luka kulit, baru operasi, infeksi tulang, dan penggunaan kontrasepsi.
Para ahli sebenarnya tidak yakin mengapa penggunaan tampon terkadang mengarah pada kondisi TSS. Namun, beberapa percaya bahwa tampon yang dipakai dalam waktu lama akan menarik bakteri. Kemungkinan lain adalah bahwa serat tampon menggores vagina dan menciptakan celah bagi bakteri untuk memasuki aliran darah.
Menurut Dr Alyssa Dweck, seorang dokter kandungan di New York, AS, tampon bukan satu-satunya penyebab TSS.
Dia mengatakan, apa pun yang tersisa di dalam vagina untuk waktu yang lama dapat meningkatkan risiko infeksi, termasuk TSS.
Saat TSS terjadi, orang bisa mengalami demam tinggi secara tiba-tiba, tekanan darah rendah, dan ruam seperti sinar matahari yang menutupi tubuh. Gejala lain adalah sakit kepala, nyeri otot, diare, mual, muntah, dan kejang.
Jika Anda adalah pengguna tampon, sebaiknya baca label saat membeli dengan teliti. Lalu, pilih produk dengan daya serap paling rendah. Selain itu, selalu ganti tampon secara teratur, setidaknya setiap empat hingga delapan jam.
Untuk mendiagnosis apakah seseorang mengalami TSS, sebenarnya tidak ada tes untuk sindrom ini. Anda mungkin perlu memberikan sampel darah dan urin untuk menguji adanya infeksi bakteri. Vagina, leher rahim, dan tenggorokan Anda mungkin diseka untuk sampel analisis laboratorium.
Oleh karena kondisinya dapat memengaruhi berbagai organ tubuh, dokter juga bisa melakukan tes lain, seperti CT Scan, pengambilan cairan pada pinggang atau X-ray payudara.
Bagi pasien dengan TSS, metode pengobatan bisa bervariasi tergantung pada penyebab yang mendasari, misalnya, jika disebabkan oleh tampon, dokter mungkin perlu mengeluarkan benda asing ini dari tubuh Anda.
Jika luka terbuka atau luka bedah menyebabkan TSS Anda, dokter akan mengeluarkan nanah atau darah dari luka untuk membantu membersihkan infeksi.
Perawatan lain yang mungkin adalah konsumsi obat untuk menstabilkan tekanan darah, cairan IV untuk melawan dehidrasi, serta suntikan gamma globulin untuk menekan peradangan dan meningkatkan sistem kekebalan tubuh.
Pembedahan juga mungkin diperlukan untuk mengangkat jaringan tidak hidup (debridemen) dari sumber infeksi atau mengeringkan infeksi.
TSS memang merupakan kondisi yang langka, tetapi berhubung sindrom ini bisa terjadi pada siapa saja, Anda seharusnya tetap melalukan pencegahan, seperti sering mengganti tampon, mengganti tampon dengan pembalut atau menstural cup berbahan silikon.
Pastikan Anda selalu mencuci tangan sebelum dan sesudah pakai tampon untuk menghilangkan bakteri, melindungi luka, dan sayatan bedah selalu bersih.