Indonesia sempat digemparkan dengan adanya uji keperawanan bagi calon anggota kepolisian dan angkatan bersenjata. Masyarakat memang masih sangat berpegang teguh pada prinsip bahwa seorang wanita yang belum menikah sudah seharusnya masih perawan. Tak hanya bagi calon anggota kepolisian dan angkatan bersenjata, bahkan orang-orang pada umumnya memiliki kecemasan dan kekhawatiran yang sangat besar akan keperawanan seseorang. Karena kecemasan berlebihan tersebut, berakarlah mitos bahwa keperawanan bisa diuji secara medis, yaitu melalui selaput dara.
Dari kepercayaan tersebut, muncul juga berbagai mitos lainnya seputar keperawanan. Masyarakat jadi begitu gencar mencari berbagai cara untuk membuktikan apakah seorang wanita masih perawan. Lalu bagaimana dengan keperawanan dalam pandangan sains? Apakah benar orang lain bisa menguji keperawanan seorang wanita berdasarkan ciri-ciri tertentu? Simak jawabannya berikut ini.
Apa itu keperawanan?
Keperawanan adalah konsep dan norma sosial, bukan kondisi medis. Oleh karena itu, makna keperawanan tentu berbeda-beda bagi setiap orang. Tidak ada definisi yang secara spesifik bisa menggambarkan apa itu keperawanan. Namun, secara umum seorang perawan adalah perempuan yang belum pernah berhubungan seksual dengan orang lain.
Arti dari berhubungan seksual sendiri bisa bermacam-macam. Ada yang menganggap bahwa hubungan seks terjadi jika ada penetrasi oleh penis pada vagina. Akan tetapi, ada juga yang percaya bahwa aktivitas seperti masturbasi, fingering (memasukkan jari ke dalam vagina untuk memberikan rangsangan seksual), dan petting (saling menggesekkan alat kelamin) juga termasuk hubungan seksual.
Karena makna keperawanan bersifat ambigu dan kontekstual, tidak ada seorang pun yang bisa menguji keperawanan seorang wanita. Keperawanan hanya bisa diketahui oleh Anda sendiri. Bahkan dokter atau tenaga kesehatan pun tidak bisa menentukan apakah seseorang masih perawan.
Mitos seputar tes keperawanan
Tidak ada tanda-tanda fisik yang bisa dilihat orang lain apakah seorang wanita pernah berhubungan seksual. Oleh karena itu, tak ada cara untuk menguji keperawanan seseorang. Namun, karena masyarakat begitu terobsesi dengan keperawanan, muncullah berbagai mitos seputar tes keperawanan.
Meski secara sepintas mungkin terdengar meyakinkan, tidak ada landasan ilmiah yang bisa membenarkan mitos-mitos tersebut. Anda pasti pernah mendengar soal mitos-mitos di bawah ini, kan?
1. Selaput dara
Banyak orang percaya bahwa keperawanan bisa dilihat dari apakah selaput dara seseorang masih utuh. Inilah mengapa orang-orang yakin tes untuk menguji keperawanan mungkin dan perlu dilakukan. Padahal, selaput dara tidak bisa dijadikan tolak ukur keperawanan.
Selaput dara adalah lapisan tipis dan lentur yang melindungi bukaan vagina dari dalam. Lapisan ini bentuknya bermacam-macam. Kebanyakan selaput dara berlubang di bagian tengah. Hal ini memungkinkan keluarnya darah ketika menstruasi. Namun, ada juga wanita yang selaput daranya hanya memiliki lubang yang sangat kecil sehingga rentan sobek. Selaput dara ini bisa sobek kapan saja, misalnya ketika berolahraga, naik sepeda, berdansa, jatuh, berhubungan seks, dan banyak kemungkinan lainnya. Berhubungan seks bukanlah satu-satunya alasan selaput dara seorang wanita sobek.
Wanita yang sudah berhubungan seks mungkin saja selaput daranya masih utuh. Ini karena beberapa wanita memiliki selaput dara yang sangat kuat atau lubangnya cukup besar sehingga penis bisa masuk tanpa merobek lapisan tersebut. Tampon juga bisa masuk ke dalam vagina tanpa merusak selaput dara.
Karena setiap wanita memiliki selaput dara yang sifat dan bentuknya berbeda-beda, tidak ada cara tertentu untuk menguji keperawanan wanita hanya dari melihat selaput daranya. Selaput dara yang sudah sobek biasanya ditandai dengan bekas kulit yang seperti pecah-pecah di sekitar bukaan vagina tanpa adanya selaput. Namun, sama seperti melukai permukaan kulit mana pun di sekujur tubuh Anda, selaput dara sobek sebelum berhubungan seks adalah hal yang wajar dan tidak perlu dikhawatirkan. Selaput dara yang sobek juga tidak berpengaruh apa pun pada kesehatan seseorang secara umum dan seksual.
2. Vagina berdarah
Mitos ini berakar dari kepercayaan yang serupa, yaitu keperawanan bisa diuji dengan melihat selaput dara. Salah satu gejala selaput dara sobek adalah perdarahan pada area vagina. Maka, orang-orang jadi percaya bahwa setiap wanita seharusnya mengalami perdarahan pada hubungan seks pertamanya.
Kenyataannya, selaput dara sobek tidak selalu menyebabkan perdarahan. Atau kadang perdarahan yang terjadi sangatlah ringan sehingga tidak disadari sama sekali. Ingat, beberapa wanita memiliki selaput dara yang sangat tipis sehingga kerusakannya tidak begitu parah sampai menimbulkan perdarahan. Sementara, ada yang selaput daranya tebal sehingga kerusakannya bisa menyebabkan perdarahan. Oleh sebab itu, tidak benar kalau orang yang masih perawan akan mengalami perdarahan ketika ia pertama kali berhubungan seks.
3. Gairah seksual wanita
Jika seorang wanita mengalami orgasme, vagina basah, atau bergairah ketika pertama kali berhubungan seks, bukan berarti ia sudah “berpengalaman” atau sudah pernah berhubungan seks sebelumnya. Mitos bahwa wanita yang bergairah atau mencapai orgasme pada kali pertama berhubungan seks sudah tidak perawan berangkat dari kepercayaan tradisional. Adalah hal yang tabu dalam masyarakat jika seorang wanita memiliki gairah seksual ketika masih perawan. Seorang wanita tidak seharusnya tahu atau menikmati seks layaknya laki-laki.
Hal ini tentu salah besar. Setiap orang, baik itu perempuan atau laki-laki, sama-sama memiliki kesadaran dan gairah seksual. Kesadaran seksual ini bisa dimulai pada usia berapa pun. Ada yang kesadaran seksualnya muncul ketika masa puber, tetapi ada juga yang baru muncul di usia dewasa. Bahkan beberapa orang sudah memiliki gairah seksual di usia sekolah dasar.
Memiliki pengetahuan seksual yang luas juga tidak berarti seseorang sudah tidak perawan. Namun, selama ini masyarakat memang sering keliru dan memberi cap negatif pada wanita yang tidak menutup-nutupi seksualitasnya. Jadi, jangan sampai Anda juga keliru dan menganggap gairah seksual wanita adalah hal yang patut ditutup-tutupi karena bisa dipakai untuk menguji keperawanannya. Hanya wanita itu sendirilah yang bisa memaknai dan memastikan keperawanannya.