Kiat Mengatasi Tekanan Batin

Permasalahan yang pelik dalam hidup seseorang dapat memicu timbulnya tekanan batin atau depresi. Tekanan batin atau depresi adalah salah satu gangguan kesehatan mental yang mempengaruhi suasana hati, pola pikir, perasaan, dan perilaku, hingga aktivitas sehari-hari.

Kiat Mengatasi Tekanan Batin

Melansir laman National Institute Of Mental Health, lazimnya penyakit ini akan berlangsung lebih dari dua minggu dan menyebabkan berbagai masalah emosional dan fisik, merasa sedih berkepanjangan, tidak punya motivasi untuk beraktivitas, kehilangan ketertarikan dan semangat, menyalahkan diri sendiri hingga merasa sangat putus asa. Tekanan batin dapat menyebabkan seseorang merasa putus asa dan berpikir untuk mengakhiri hidup alias bunuh diri.

Dirangkum dari berbagai sumber, penyakit tekanan batin dapat diatasi dengan beberapa cara berikut ini :

Obat


Umumnya penderita tekanan batin ditangani dengan obat antidepresan. Ada beragam obat antidepresan, antara lain fluoxetin, citalopram, sertraline, paroxetin, escitalopram, venlafaxine dan duloxetine. Penggunaan obat antidepresan umumnya akan memerlukan pemantauan dokter secara teratur.

Pola Hidup Sehat


Untuk mengatasi tekanan batin yang menyiksa, cobalah untuk lebih aktif dan berolahraga, tetapkan tujuan yang realistis untuk diri Anda, cobalah untuk menghabiskan waktu dengan orang lain dan curhat kepada teman yang Anda percaya, cobalah untuk tidak mengisolasi diri dan membiarkan orang lain membantu Anda. Anda juga dapat menerapkan pola makan yang sehat dan seimbang, hindari alkohol, dan tidur cukup.

Psikoterapi/Terapi Wicara


Beberapa jenis program psikoterapi juga terbukti dapat membantu penderita tekanan batin. Pengobatan tersebut meliputi Cognitive Behavior Therapy (CBT), Problem-Solving Therapy (PST), Interpersonal Therapy (IPT), Terapi Psikodinamis, dan Terapi Stimulasi Otak (ECT).

Penanganan atau pengobatan penyakit tekanan batin biasanya tergantung pada gejala yang Anda alami. Jika Anda merasa sedang mengalami tekanan batin, segeralah berkonsultasi ke dokter atau ke ahli psikologi untuk mendapatkan diagnosa dan penanganan lebih lanjut.