Orang-orang pengidap narkolepsi memiliki mimpi yang jelas. Mereka tahu bahwa mereka sedang bermimpi dan setidaknya dapat mengendalikan sebagian peristiwa dalam mimpi.
Mereka yang memiliki pengalaman Narkolepsi mengalami serangan tidur tiba-tiba, dan rasa mengantuk berlebihan di siang hari. Penderitanya amat sulit mempertahankan kesadaran.
Hampir sepanjang waktu dia mengantuk. Rasa kantuk biasanya hilang setelah tidur selama 15 menit, tetapi dalam waktu singkat kantuk menyerang kembali. Sebaliknya, di malam hari penderita narkolepsi mengeluh tidak dapat tidur.
Penelitan terbaru mengungkap, orang-orang narkolepsi memiliki mimpi yang jelas sekitar rata-rata tujuh kali per bulan. Sementara orang tanpa kondisi narkolepsi mengalami dua kali mimpi jelas dalam sebulan.
Alasan kenapa orang dengan narkolepsi memiliki mimpi yang lebih jelas daripada orang lain karena daerah otak yang bertanggungjawab untuk mimpi jernih lebih aktif selama tidur, daripada orang yang tidur normal.
"Pasien narkolepsi selalu berada di perbatasan antara terjaga dan tidur. Kondisi tersebut meningkatkan kemungkinan terjadinya mimpi yang jernih," kata Martin Dresler, peneliti di Max Planck Institute Psychiatry di Munich, Jerman.
Teror di malam hari
Narkolepsi memengaruhi antara 1 dari 1000 dan 1 dari 10 ribu orang, kata Dresler. Orang dengan narkolepsi mungkin berada dalam kondisi terjaga, tiba-tiba dia akan jatuh tertidur selama beberapa detik atau beberapa menit.
Di malam hari, mereka mengalami fragmetasi, tidur gelisah, dan sering diganggu oleh mimpi buruk seperti hidup yang mengganggu. Mereka lebih bisa mengingat mimpi daripada orang tanpa kondisi mengingat mimpi. Studi menemukan bahwa mimpi yang jernih dapat menghapus mimpi buruk yang berulang.
"Jika Anda bermimpi raksasa mengejar Anda, dan tiba-tiba menyadari bahwa raksasa itu tidak nyata sehingga tidak ada ancaman nyata, itu akan segera menghentikan mimpi buruk Anda. Setidaknya mengambil sebagian besar kecemasan atau ancaman mimpi buruk," kata Dresler seperti dikutip dari laman Live Science.
Dresler bertanya-tanya, apakah mimpi jernih bisa membantu narkolepsi melawan mimpi menakutkan mereka. Tim meminta 60 penderita narkolepsi dan 919 individu sehat. Tugas mereka mengingat seberapa sering mereka bermimpi buruk, dan seberapa sering mereka bermimpi jernih.
Orang-orang dengan narkolepsi mengingat 4,3 mimpi dan 4,5 mimpi buruk per minggu dalam rata-rata. Sedangkan yang dapat tidur sehat dilaporkan mengingat 0,8 mimpi dan 0,4 mimpi buruk seminggu dalam rata-rata.
Mengontrol mimpi
Mimpi yang terjadi selama fase tidur REM dan mimpi yang jernih terjadi ketika korteks prefrontal lateral otak, yang biasanya diam saat fase tidur REM, menjadi aktif, kata Dresler.
Orang dengan narkolepsi memiliki tidur terpecah baik saat tidur siang atau malam. Saat mereka berada di fase tidur REM mereka juga memiliki periode tersebut. Namun aktivita otak mereka juga seperti otak 'terjaga' dengan korteks prefrontal aktif.
"Temuan tersebut mengejutkan, tapi memuaskan," kata Stephen LaBerge, psychophysiologist pendiri Lucidity Institute yang mempromosikan penelitian tentang mimpi jernih.
Orang-orang dengan narkolepsi bisa memerangi mimpi buruk mereka bahkan lebih baik dengan meningkatkan kemampuan bermimpi jernih mereka, kata Dresler. Untuk memiliki mimpi yang lebih jelas, orang bisa merekam mimpi mereka dalam buku harian, dan sering berpikir tentang mimpi tersebut sepanjang hari.